Minggu, 21 Februari 2016

Di gunung tertinggi pulau jawa ( Episode 2 )

Setelah berkeliling menikmati pagi di ranukumbolo saya kembali ke tenda untuk menyantap sarapan pagi dan setelahnya berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju kalimati.
rasanya masih ingin lama disini menikmati tenang nya air danau ranukumbolo, lalu membuat secangkir kopi dan mendengarkan lagu kesukaan.

Matahari pagi sudah mulai naik keatas perlahan, rasa haus dan lapar pagi itu hilang setelah menyantap hidangan sederhana ketika di gunung dan tenaga pun rasanya sudah siap untuk melanjutkan perjalanan, sesekali saya meregakan pergelangan kaki dan menggerakan tubuh agar tak keram saat melanjutkan perjalanan nanti.
cuaca pagi itu sangat cerah nan sejuk, berharap hujan tak turun lagi setelah seharian sebelum tiba di ranukumbolo saya dan para pendaki lain di guyur hujan. beban berat sudah di pundak ku dan saat bersamaan ku ayunkan langkah kaki ini... Rasanya beban akan bertambah karena di depan sudah di sambut oleh sebuah tanjakan, tanjakan yang beraromakan mitos atau mungkin memang nyata tapi kalau pun memang nyata saya belum pernah mendengar ceritanya langsung dari teman - teman pendaki. tak usah menoleh kebelakang ketika sedang melangkahkan kaki di tanjakan itu -ucap para pendaki yang sudah senior.

Tanjakan cinta namanya, di mana saat melewati tanjakan ini tak usah menoleh kebelakang sampai atas dan kamu sebutkan seseorang yang kamu sayangi, niscaya seseorang yang kamu sebut itu akan menjadi jodoh mu nanti. boleh percaya atau tidak itu kembali pada keyakinan seseorang, nyatanya tak banyak yang percaya dan saat melewati tanjakan cinta mereka yang tidak percaya menoleh kebelakang sambil tertawa dan teriak - teriak lalu mengangkat tangan nya dengan sombong seolah memang dia yang tidak percaya pada mitos dan itu memang saya satu pikiran dengan nya, kita percaya sajalah bahwa jodoh sudah ada yang mengatur. tapi aba banyak juga yang percaya dan dia teus menundukan kepalanya sambil mengatur nafas dan tak menoleh sama sekali ketika di panggil - panggil namanya. lalu saya ada di posisi mana ? mereka yang tidak peracaya atau yang percaya pada mitos tanjakan cinta ini ? dan bodohnya saya termasuk pada posisi orang - orang yang percaya pada mitos tanjakan cinta ini. masalah ? tentu tidak, biarkan orang - orang menafsirkan hidup nya masing - masih karena itu hak mereka. -ucap di hati saya sambil memasang wajah pembelaan, seolah - olah saya tidak ingin di hakimi oleh mereka yang tidak percaya pada mitos tanjakan cinta ini. Sudahi perdebatan ini, tak terasa saya sudah melewati tanjakan cinta nya dan tentu tanpa menoleh kebelakang... -tertawa jahat.

 ( Photo : Tanjakan cinta )

Nafas saya cukup terkuras saat melewati tanjakan yang satu ini, terlihat di ranukumbolo tanjakan ini biasa saja dan tak terlalu tinggi tapi nyatanya membuat nafas dan tenaga saya cukup terkuras. sedikit pembelajaran saat melewati tanjakan yang satu ini, jangan pernah meremehkan sesuatu apa yang ada di depan, apapun itu!...
Berhenti sejenak untuk mengatur nafas lalu meneguk setetes air dan saya pun di suguhkkan kembali apa yang ada di gunung tertinggi pulau jawa ini. Oro oro ombo sedang manja menunggu kedatangan saya di bawah sana dengan menggoyangkan ke kana ke kiri bunga - bunga berwarna ungu lavender yang sedang tumbuhnya saat itu saya pun beruntung bisa melihatnya sedang berkembang dan bisa menemuinya lebih dekat. tak sabar langkah kaki saya semakin cepat ingin menemuinya, luasnya padang savana yang satu ini semakin cantik di warnai oleh kembang yang tumbuh berwarna ungu.

 
( Photo : di oro oro ombo, padang savana bunga lavender )


Saya mencoba menemui dan mendekatinya lalu berbisik "kau begitu indah nan cantik" dan ia semakin manja dan terus menggoyangkan batang nya oleh angin yang seolah menjawab pujian ku.
hari semakin siang dan saya tak bisa lama terus menerus di sini dan menggodanya... kembali melanjutkan perjalanan sambil menkmati di tengah - tengah padang savana ini, perlahan langkah kaki ini saya ayunkan meski tempat tujuan saya untuk mendirikan tenda lagi cukup jauh.
pos demi pos saya lewati begitu pun pepohonan yang menulang tinggi tapi tak ada tanda di kejauhan sana bahwa sebentar lagi tiba di kalimati.

Perjalanan ke kalimati amat terasa jauh tapi setidaknya cuaca tak begitu panas dan harapan saya sedikit terkabulkan karena tak turun hujan... sesekali saya berhenti dan berbincang dengan para pendaki yang sedang menuju atau pun sebaliknya yang sudah dari kali mati, ini lah momen yang selalu saya suka saat mendaki ketika berhenti dan berbincang, entah siapa mereka ? dari mana mereka ? kenal pun baru saat itu tapi keakraban sangat amat terasa seolah sudah lama sekali kenal. tapi bagi para pendaki "tak perlu kau tanya kami siapa dan dari mana, yang penting adalah kebersamaan". perjalanan semakin tak terasa, saya maupun para pendaki saling menyapa ketika berjumpa. 

Saya sudah semakin dekat dengan kalimati, pun begitu dengan tenda - tenda yang sudah banyak di dirikan dari mereka yang sudah sampai duluan. akhirnya perjalanan yang cukup jauh ini membawa saya di kalimati tepat di bawah puncak para dewa yang sedang menanti, tepat sore saat saya tiba di kalimati dan suasana cukup ramai. semakin sore cuaca semakin dingin sesekali kabut tebal menyelimuti rasanya ingin cepat masuk ke tenda dan berselimut... tapi sore menjelang malam itu teman - teman saya meminta untuk berkumpul untuk makan sambil membicarakan untuk summit tracking malam itu juga. setelah berbincang saya mulai mempersiapkan untuk summit tracking yang akan di lakukan malam itu juga di karenakan waktu yang tak banyak akhirnya saya persiapkan saat itu juga... ketika sudah di persiapkan saya mulai beristirahat untuk memejamkan mata walau hanya sebentar karena tengah malam nanti harus pergi summit, langit sudah gelap lalu perlahan mata terpejam dan saya tidur terlelap... 













 ( Photo : di kalimati )

Bersambung... :)

Tidak ada komentar: